A. Pengertian
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu model pembelajaran yang
melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap
metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan
untuk memecahkan masalah (Ward, 2002)
Arends mendefinisikan Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan suatu
pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang
otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, lebih
tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu model
pembelajaran yang melibatkan siswa dalam pemecahan suatu masalah melalui
tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan
yang berhubungan dengan masalah tersebut.
B. Ciri-ciri
Menurut Arends (2008: 42), ciri-ciri model Pembelajaran Berbasis Masalah terdiri dari:
1) Pertanyaan atau masalah perangsang.
Alih-alih mengorganisasikan pelajaran di seputar prinsip akademis atau
keterampilan tertentu, Pembelajaran Berbasis Masalah mengorganisasikan
pengajaran di seputar pertanyaan dan masalah yang penting secara sosial
dan bermakna secara personal bagi siswa. Mereka menghadapi berbagai
situasi kehidupan nyata yang tidak dapat diberi jawaban-jawaban
sederhana dan ada berbagai solusi yang competing untuk menyelesaikannya.
2) Fokus interdisipliner.
Meskipun Pembelajaran Berbasis Masalah dapat dipusatkan pada subjek
tertentu (sains, PKn, sejarah), tetapi masalah yang diinvestigasi
dipilih karena solusinya menuntut siswa untuk menggali banyak subjek.
Sebagai contoh, masalah polusi yang muncul di pelajaran Chesapeake Bay
menyangkut beberapa subjek akademik maupun terapan yang meliputi
biologi, ekonomi, sosiologi, pariwisata, dan pemerintahan.
3) Investigasi autentik.
Pembelajaran Berbasis Masalah mengharuskan siswa untuk melakukan
investigasi autentik yang berusaha menemukan solusi riil untuk masalah
riil. Mereka harus menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan
hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis
informasi, melaksanakan eksperimen (bilamana mungkin), membuat
inferensi, dan menarik kesimpulan. Metode-metode investigatif yang
digunakan tentu bergantung pada sifat masalah yang diteliti.
4) Produksi artefak dan exhibit.
Pembelajaran Berbasis Masalah menuntut siswa untuk mengonstruksikan
produk dalam bentuk artefak dan exhibit yang menjelaskan atau
mempresentasikan solusi mereka. Bentuk itu bisa berbentuk debat
bohong-bohongan, seperti dalam pelajaran “Roots and Wings”; bisa
berbentuk laporan, model fisik, video, atau program komputer. Artefak
dan exhibit yang nanti akan dideskripsikan, dirancang oleh siswa untuk
mendemonstrasikan kepada orang lain apa yang telah mereka pelajari dan
memberikan alternatif yang menyegarkan untuk makalah wajib atau ujian
tradisional.
5) Kolaborasi.
Pembelajaran Berbasis Masalah ditandai oleh siswa-siswa yang bekerja
bersama siswa-siswa lain, paling sering secara berpasangan atau dalam
bentuk kelompok-kelompok kecil. Bekerja bersama-sama memberikan motivasi
untuk keterlibatan secara berkelanjutan dalam tugas-tugas kompleks dan
meningkatkan kesempatan untuk melakukan penyelidikan dan dialog bersama,
dan untuk mengembangkan berbagai keterampilan sosial.
Jadi berdasarkan uraian di atas, ciri utama Pembelajaran Berbasis
Masalah meliputi pengajuan pertanyaan-pertanyaan atau masalah,
memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik,
kerjasama, dan menghasilkan karya serta peragaan.
C. Kesimpulan
Pada intinya pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran
yang menggunakan masalah dunia nyata yang disajikan di awal
pembelajaran. Kemudian masalah tersebut diselidiki untuk diketahui
solusi dari pemecahan masalah tersebut.
Menurut Torrance (1976) model pembelajaran yang berorientasi pada
pemecahan masalah seperti pada pembelajaran berbasis masalah merupakan
suatu pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan potensi yang dimiliki
oleh siswa, salah satunya adalah kreativitas siswa. Situasi masalah
yang disajikan dalam pembelajaran tersebut merupakan suatu stimulus yang
dapat mendorong potensi kreativitas dari siswa terutama dalam hal
pemecahan masalah yang dimunculkan. Kreativitas yang dapat dikembangkan
dalam pembelajaran berbasis masalah ini bukan hanya aspek kognitifnya
saja (kemampuan berfikir kreatif) tetapi juga diharapkan melalui
pembelajaran berbasis masalah tersebut dapat mengembangkan aspek
non-kognitif dari kreatifitas yakni kepribadian kreatif dan sikap
kreatif siswa.
Lebih lanjut Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar
(outcomes) yang diperoleh pembelajar yang diajar dengan Pembelajaran
Berbasis Masalah yaitu:
(1) inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah,
(2) belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors)
(3) ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).
Siswa yang melakukan inkuiri dalam pempelajaran akan menggunakan
ketrampilan berpikir tingkat tinggi (higher-order thinking skill) dimana
mereka akan melakukan operasi mental seperti induksi, deduksi,
klasifikasi, dan reasoning. Pembelajaran Berbasis Masalah juga bertujuan
untuk membantu pebelajar siswa/mahasiswa belajar secara mandiri.
Langkah-langkah model Pembelajaran Berbasis Masalah:
1. Orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru membimbing siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai
seperti laporan video dan model dan membantu mereka untuk berbagai tugas
dengan temannya
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
D. Kelebihan dan kekurangan
Kelebihan model pembelajaran berbasis masalah diantaranya yaitu :
1. Dengan Pembelajaran Berbasis Masalah akan terjadi pembelajaran
bermakna. Siswa/mahasiswa yang belajar memecahkan suatu masalah maka
mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha
mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Artinya belajar tersebut ada
pada konteks aplikasi konsep. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat
diperluas ketika siswa/mahasiswa berhadapan dengan situasi di mana
konsep diterapkan
2. Dalam situasi Pembelajaran berbasis masalah, siswa/mahasiswa
mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan
mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. Artinya, apa yang mereka
lakukan sesuai dengan keadaan nyata bukan lagi teoritis sehingga
masalah-masalah dalam aplikasi suatu konsep atau teori mereka akan
temukan sekaligus selama pembelajaran berlangsung
3. Pembelajran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kritis, menumbuhkan inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi
internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal
dalam bekerja kelompok.
Kekurangan model pembelajaran berbasis masalah diantaranya yaitu :
1. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi
mereka untuk belajar, terutama di daerah yang mereka tidak memiliki
pengalaman sebelumnya.
2. Banyaknya waktu yang digunakan dalam menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah ini sehingga diperlukan perencanaan yang benar-benar
matang dalam menggunakan model pembelajaran ini agar selesai pada waktu
yang telah ditentukan.
3. Pembelajaran berbasis masalah membutuhkan banyak perencanaan dan
kerja keras bagi guru. Ini bisa sulit pada awalnya bagi guru untuk
"melepaskan kontrol" dan menjadi fasilitator, mendorong siswa untuk
mengajukan pertanyaan yang tepat daripada menyerahkan solusi kepada
siswa.
Posting Komentar